Selasa, 03 Februari 2009

pencemaran udara dan dampak pada kesehatan


I.Latar Belakang.
Pada 31 Mei 2008 lalu ditetapkan sebagai hari tanpa rokok. Sehari saja kita terbebas dari asap beracun itu. Tahu enggak sih, kalau rokok bisa disebut polusi? Dan tanpa disadari, kebiasaan sehari-hari kita ikut menyumbang polusi.
Sebagian dari kita suka menikmati sunrise atau sunset nun jauh di pegunungan atau pantai. Di mana matahari tampak begitu indah dengan langit yang keemasan. Beda dengan langit kelabu yang kita temui sehari-hari. Apalagi di kota besar, jarang kita temukan langit kelihatan biru seperti torehan gambar kita di masa kecil. Kabut yang naik di pagi hari bukanlah teman embun yang menyirami alam, Tapi merupakan asap dari polusi udara di sekitarnya. Bahkan kerlap-kerlip bintang di langit malam makin redup. Inilah satu akibat polusi yang bisa kita lihat.Kebanyakan polusi itu disumbang oleh freon, timbal, karbon monoksida, dan merkuri.Senyawa bernama lain Chloro Flouro Carbon (CFC) yang dikembangkan antara tahun 1928 dan 1930 ini oleh dunia industri biasanya digunakan sebagai zat pendingin buat AC dan lemari es, juga dalam produk hair spray.
Ternyata penggunaan freon menimbulkan masalah cukup serius. Sebab, freon membuka lapisan ozon di atmosfer hingga timbul lubang di lapisan penyaring ultraviolet ini. Dengan kata lain, sinar ultraviolet langsung menuju Bumi dan tanpa basa-basi mengenai manusia hingga rawan terkena kanker kulit,Lalu karbon monoksida (CO) antara lain disumbangkan oleh perokok serta asap knalpot kendaraan kita. Walau sebenarnya pencemaran udara ini enggak cuma gara-gara CO. Racun di udara kebanyakan dibuat oleh manusia, yaitu dari pabrik dan kendaraan bermotor. Dua sumber itu akan mencemari udara dengan karbon (C), hidrokarbon (HCI), belerang (S), dan nitrogen (N) yang dilepaskan sebagai bahan bakar fosil (dari minyak, batu bara, dan gas). Juga berkeliaran di jalan zat dioksin hasil kebakaran hutan, asap rokok, knalpot mobil, dan pembakaran limbah plastik. Namun sumber polusi utama di jalanan berasal dari transportasi. Soalnya 60 persen polutan (zat penyebab polusi) dihasilkan karbon monoksida.(Kompas, 2 juni 2004.)
Padahal hampir semua segi kehidupan memerlukan udara bersih dalam jumlah yang sangat besar. Udara yang terkontaminasi akan menyebabkan berjuta-juta orang menderita kerusakan paru-paru. Salah satu peristiwa polusi udara terbesar terjadi di London tahun 1952, yang menewaskan 4.000 orang lebih.Orang yang hidup di kota besar kebanyakan menderita gangguan pernapasan, yang baru disadari setelah menjalar ke radang tenggorokan dan paru-paru. Bila orang tua terbiasa menghirup udara berpolutan, kemungkinan darah janinnya pun terkena polusi. Bayi yang lahir dari orang tua yang darahnya tidak sehat akan mengalami gangguan pada perkembangan fisik dan kecerdasan.
Dampak kesehatan dan dampak lingkungan yang terjadi tergantung pada besarnya konsentrasi pencemar di udara ambien. Bila memungkinkan, pengukuran dampak dilakukan pada reseptor, tetapi pengukuran secara langsung tersebut umumnya cukup rumit dan membutuhkan biaya tinggi bila dibandingkan dengan pengukuran tingkat konsentrasi pencemar di udara ambien.Perkiraan besarnya dampak yang terjadi diprediksi dengan melihat hubungan statistik antara konsentrasi di udara ambien dengan respons gangguan kesehatan berdasarkan studi-studi dosis-respons. Oleh sebab itu, pemantauan pencemar di udara ambien sangat penting untuk mengevaluasi tingkat konsentrasi yang terpajan pada reseptor.
Data tersebut kemudian digunakan untuk mengevaluasi dan mengestimasi besaran dampak kesehatan dan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh pencemar tertentu.(Anonim,2007).


II. Tujuan penulisan
Untuk memberikan gambaran zat –zat pencemar udara ,standar baku mutu kualitas udara dan bagaimana dampak bagi manusia apa solusinya.

III. Tinjauan Pustaka Pencemar Udara dan dampak bagi kesehatan.
1.1 ParticulateMatter(PM10).
Partikulat adalah padatan atau likuid di udara dalam bentuk asap, debu dan uap, yang dapat tinggal di atmosfer dalam waktu yang lama. Di samping mengganggu estetika, partikel berukuran kecil di udara dapat terhisap ke ke dalam sistem pernafasan dan menyebabkan penyakit gangguan pernafasan dan kerusakan paru-paru. Partikulat juga merupakan sumber utama haze (kabut asap) yang menurunkan visibilitas.Partikel yang terhisap ke dalam sistem pernafasan akan disisihkan tergantung dari diameternya. Partikel berukuran besar akan tertahan pada saluran pernafasan atas, sedangkan partikel kecil (inhalable) akan masuk ke paru-paru dan bertahan di dalam tubuh dalam waktu yang lama. Partikel inhalable adalah partikel dengan diameter di bawah 10 µm (PM10). PM10 diketahui dapat meningkatkan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung dan pernafasan, pada konsentrasi 140 µg/m3 dapat menurunkan fungsi paru-paru pada anak-anak, sementara pada konsentrasi 350 µg/m3 dapat memperparah kondisi penderita bronkhitis. Toksisitas dari partikel inhalable tergantung dari komposisinya.Partikel yang terhirup (inhalable) juga dapat merupakan partikulat sekunder, yaitu partikel yang terbentuk di atmosfer dari gas-gas hasil pembakaran yang mengalami reaksi fisik-kimia di atmosfer, misalnya partikel sulfat dan nitrat yang terbentuk dari gas SO2 dan NOx. Umumnya partikel sekunder berukuran 2,5 mikron atau kurang. Proporsi cukup besar dari PM2,5 adalah amonium nitrat, ammonium sulfat, natrium nitrat dan karbon organik sekunder. Partikel-partikel ini terbentuk di atmosfer dengan reaksi yang lambat sehingga sering ditemukan sebagai pencemar udara lintas batas yang Sditransportasikan oleh pergerakan angin ke tempat yang jauh dari sumbernya (Harrop, 2002). Partikel sekunder PM2,5 dapat menyebabkan dampak yang lebih berbahaya terhadap kesehatan bukan saja karena ukurannya yang memungkinkan untuk terhisap dan masuk lebih dalam ke dalam sistem pernafasan tetapi juga karena sifat kimiawinya.Partikel sulfat dan nitrat yang inhalable serta bersifat asam akan bereaksi langsung di dalam sistem pernafasan, menimbulkan dampak yang lebih berbahaya daripada partikel kecil yang tidak bersifat asam. Partikel logam berat dan yang mengandung senyawa karbon dapat mempunyai efek karsinogenik, atau menjadi carrier pencemar toksik lain yang berupa gas atau semi-gas karena menempel pada permukaannya. Termasuk ke dalam partikel inhalable adalah partikel Pb yang diemisikan dari gas buang kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar mengandung Pb. Timbal adalah pencemar yang diemisikan dari kendaraan bermotor dalam bentuk partikel halus berukuran lebih kecil dari 10 dan 2,5 mikrometer.Partikulat diemisikan dari berbagai sumber, termasuk pembakaran bahan bakar minyak, (gasoline, diesel fuel), pencampuran dan penggunaan pupuk dan pestisida, konstruksi, proses-proses industri seperti pembuatan besi dan baja, pertambangan, pembakaran sisa pertanian (jerami), dan kebakaran hutan. Hasil data pemantauan udara ambient di 10 kota besar di Indonesia menunjukan bahwa PM10 adalah parameter yang paling sering munculsebagaiparameter kritis(Riau Pos,Febuari 2008).



1.2Ozone(O3)
Ozon termasuk kedalam pencemar sekunder yang terbentuk di atmosfer dari reaksi fotokimia NOx dan HC. Ozon bersifat oksidator kuat, karena itu pencemaran oleh ozon troposferik dapat menyebabkan dampak yang merugikan bagi kesehatan manusia. Laporan Badan Kesehatan Dunia menyatakan konsentrasi ozon yang tinggi (>120 µg/m3) selama 8 jam atau lebih dapat menyebabkan serangan jantung dan kematian atau kunjungan ke rumah sakit karena gangguan pada sistem pernafasan. Pajanan pada konsentrasi 160 µg/m3 selama 6,6 jam dapat menyebabkan gangguan fungsi paru-paru akut pada orang dewasa yang sehat dan pada populasi yang sensitif.=Emisi gas buang berupa NOx adalah senyawa-senyawa pemicu (precursor) pembentukan ozon. Senyawa ozon di lapisan atmosfer bawah (troposfer bawah, pada ketinggian 0 – 2000m)
terbentuk akibat adanya reaksi fotokimia pada senyawa oksida nitrogen (NOx) dengan bantuan sinar matahari. Oleh karena itu potensi produksi ozon troposfer di daerah beriklim tropis seperti Indonesia sangat tinggi. Karena merupakan pencemar sekunder, konsentrasi ozon di luar kota --di mana tingkat emisi prekursor umumnya lebih rendah-- seringkali ditemukan lebih tinggi daripada konsentrasi ozon di pusat kota.
Percepatan produksi ozon dibantu dengan kehadiran senyawa lain seperti NOx, hidrokarbon, CO dan senyawa-senyawa radikal yang juga diemisikan dari pembakaran bahan bakar fosil. Puncak pola fluktuasi harian ozon umumnya terjadi setelah terjadinya puncak konsentrasi NOx dan efek yang lebih merugikan terhadap kesehatan karena adanya kombinasi pencemar NOx dan ozon dapat terjadi. Diketahui bahwa kombinasi NOx-O3 dapat menyebabkan penurunan fungsi paru-paru (Hazucha, 1996). Selain menyebabkan dampak yang merugikan pada kesehatan manusia, pencemar ozon dapat menyebabkan kerugian ekonomi akibat ausnya bahan atau material (tekstil, karet, kayu, logam, cat, dlsb), penurunan hasil pertanian dan kerusakan ekosistem seperti berkurangnya keanekaragaman hayati. Penelitian di negara Asia seperti Jepang dan Pakistan menunjukan bahwa pajanan ozon pada tanaman padi menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan berkurangnya hasil produksi (Agrawal et al., 1999).
1.3CarbonMonoxide(CO) Gas karbon monoksida (CO) adalah gas yang dihasilkan dari proses oksidasi bahan bakar yang tidak sempurna. Gas ini bersifat tidak berwarna, tidak berbau, tidak menyebabkan iritasi. Gas karbon monoksida memasuki tubuh melalui pernafasan dan diabsorpsi di dalam peredaran darah. Karbon monoksida akan berikatan dengan haemoglobin (yang berfungsi untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh) menjadi carboxyhaemoglobin. Gas CO mempunyai kemampuan berikatan dengan haemoglobin sebesar 240 kali lipat kemampuannya berikatan dengan O2. Secara langsung kompetisi ini akan menyebabkan pasokan O2 ke seluruh tubuh menurun tajam, sehingga melemahkan kontraksi jantung dan menurunkan volume darah yang didistribusikan. Konsentrasi rendah (<400>2000 ppmv) dapat menyebabkan kematian.CO diproduksi dari pembakaran bakan bakar fosil yang tidak sempurna, seperti bensin, minyak dan kayu bakar. Selain itu juga diproduksi dari pembakaran produk-produk alam dan sintesis, termasuk rokok. Konsentrasi CO dapat meningkat di sepanjang jalan raya yang padat lalu lintas dan menyebabkan pencemaran lokal. CO kadangkala muncuk sebagai parameter kritis di lokasi pemantauan di kota-kota besar dengan kepadatan lalu lintas yang tinggi seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya, tetapi pada umumnya konsentrasi CO berada di bawah ambang batas Baku Mutu PP41/1999 (10,000µg/m3/24 jam). Walaupun demikian CO dapat menyebabkan masalah pencemaran udara dalam ruang (indoor air pollution) pada ruang-ruang tertutup seperti garasi, tempat parker bawah tanah, terowongan dengan ventilasi yang buruk, bahkan mobil yang berada di tengah lalulintas.
1.4CarbonDioxide(CO2) Karbon dioksida (CO2) adalah gas yang diemisikan dari sumber-sumber alamiah dan antropogenik. Karbon dioksida adalah gas yang secara alamiah berada di atmosfer Bumi, berasal dari emisi gunung berapi dan aktivitas mikroba di tanah dan lautan.Karbon dioksida akan larut di dalam air hujan dan membentuk asam karbonat, menyebabkan air hujan bersifat lebih asam bila dibandingkan dengan air tawar. Tetapi akibat aktivitas manusia (pembakaran batubara, minyak dan gas alam) konsentrasi global CO2 telah meningkat sebesar 28% dari sekitar 280 ppmv pada awal revolusi industri di tahun 1850an menjadi 360 ppm pada masa kini Masalah utama dari peningkatan CO2 adalah perubahan iklim. Karbon dioksida adalah gas rumah kaca (GRK) karena potensi pemanasan globalnya (GWP/Global Warming Potential). Pada saat ini tidak hanya CO2 yang dikenal sebagai GRK tetapi juga pencemar udara lainnya seperti metana, ozon, kloroform, N2O dan HFCs.
1.5NitrogenOxide(NOx) Oksida nitrogen (NOx) adalah kontributor utama smog dan deposisi asam. Nitrogen oksida bereaksi dengan senyawa organic volatile membentuk ozon dan oksidan lainnya seperti peroksiasetilnitrat (PAN) di dalam smog fotokimia dan dengan air hujan menghasilkan asam nitrat dan menyebabkan hujan asam. Smog fotokimia berbahaya bagi kesehatan manusia karena menyebabkan kesulitan bernafas pada penderita asma, batuk-batuk pada anak-anak dan orang tua, dan berbagai gangguan sistem pernafasan, serta menurunkan visibilitas. Deposisi asam basah (hujan asam) dan kering (bila gas NOx membentuk partikel aerosol nitrat dan terdeposisi ke permukaan Bumi) dapat membahayakan tanam-tanaman, pertanian, ekosistem perairan dan hutan. Hujan asam dapat mengalir memasuki danau dan sungai lalu melepaskan logam berat dari tanah serta mengbah komposisi kimia air. Hal ini pada akhirnya dapat menurunkan dan bahkan memusnahkan kehidupan air. Oksida nitrogen diproduksi terutama dari proses pembakaran bahan bakar fosil, seperti bensin, batubara dan gas alam.
1.6SulfurDioxide(SO2) Gas sulfur dioksida (SO2) adalah gas yang tidak berbau bila berada pada konsentrasi rendah tetapi akan memberikan bau yang tajam pada konsentrasi pekat. Sulfur dioksida berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, seperti minyak bumi dan batubara. Pembakaran batubara pada pembangkit listrik adalah sumber utama pencemaran SO2. Selain itu berbagai proses industri seperti pembuatan kertas dan peleburan logam-logam dapat mengemisikan SO2 dalam konsentrasi yang relatif tinggi.SO2 adalah kontributor utama hujan asam. Di dalam awan dan air hujan SO2 mengalami konversi menjadi asam sulfur dan aerosol sulfat di atmosfer. Bila aerosol asam tersebut memasuki sistem pernafasan dapat terjadi berbagai penyakit pernafasan seperti gangguan pernafasan hingga kerusakan permanent pada paru-paru. Pencemaran SO2 pada saat ini baru teramati secara lokal di sekitar sumber-sumber titik yang besar, seperti pembangkit listrik dan industri, meskipun sulfur adalah salah satu senyawa kimia yang terkandung di dalam bensin dan solar. Data dari pemantauan kontinu pada jaringan pemantau nasional pada saat ini jarang mendapatkan SO2 sebagai parameter kritis, kecuali pada lokasi-lokasi tertentu. Lokasi pemantauan di Surabaya UAQi, Utara yang diduga menerima emisi jarak jauh dari sumber pencemar di daerah Gresik kadangkala mendapatkan SO2 sebagai parameter kritis (data from DLH Surabaya, 2005). KOnsentrasi SO2 yang relative tinggi juga ditemukan di sekitar lokasi industri di daerah Karawang, walaupun secara umum nilai rata-ratanya masih tetap berada di bawah ambang batas Baku Mutu Kualitas Udara.
1.7VolatileOrganicCompounds(VOCs) Senyawa organic volatile (VOC) adalah senyawa organic yang mudah menguap. Banyak senyawa organic volatile memiliki karakteristik mudah menguap/ berubah dari fasa cair menjadi fasa gas pada temperatur ruang. VOC termasuk benzena, pelarut seperti toluen dan xilen serta perkloroetilen. VOC dilepaskan dari pembakaran bahan bakar, seperti bensin, kayu, batubara, bahan-bahan pelarut, cat, lem dan produk-produk lain yang digunakan di rumah dan kantor. Emisi kendaraan bermotor adalah sumber VOC yang penting. Berbagai senyawa VOC adalah pencemar udara yang berbahaya, benzene, formaldehida, benzo – a – pirena (BaP). VOC juga merupakan precursor ozon yang dapat meningkatkan produksi ozon meningkat dengan cepat.Hidrokarbon, termasuk VOC tidak dipantau oleh jaringan pemantau nasional, tetapi sistem yang pernah terpasang dan beroperasi di Jakarta pada tahun 1995 – 2000 mengukur senyawa hidrokarbon sebagai NMHC (hidrokarbon non metana).Pemantauan HC selama proyek JICA tahun 1996 menunjukan bahwa nilai konsentrasi rata-rata 3-jam NMHC di seluruh stasiun pengamatan telah melampaui ambang batas Baku Mutu DKI Jakarta, Walaupun pada saat ini jaringan pemantau tidak mengukur senyawa HC seperti NMHC, pengamatn JICA membuktikan bahwa di samping PM10 dan O3 yang sering menjadi parameter kritis, HC juga perlu mendapat perhatian, Hal ini disebabkan juga karena banyak senyawa NMHC adalah juga merupakan precursor O3.Sebagaimana ditunjukan dalam repartisi emisi HC (lihat bagian Inventarisasi Emisi), yang mengestimasi bahwa lebih dari 90% HH diemisikan dari berasal dari emisi gas buang, data-data ini menunjukkan bahwa konsentrasi ambient HC yang tinggi diperkirakan juga berasal dari sumber yang sama dengan precursor O3 yang lain (NOx dan CO). Analisis ini menggambarkan bahwa untuk menurunkan pencemaran O3, strategi penurunan emisi kendaraan bermotor juga harus secara komprehensif mengendalikan emisi HC.
1.8Timbal(Pb) Timbal adalah logam yang sangat toksik dan menyebabkan berbagai dampak kesehatan terutama pada anak-anak kecil. Timbal dapat menyebabkan kerusakan sistem syaraf dan masalah pencernaan, sedangkan berbagai bahan kimia yang mengandung timbale dapat menyebabkan kanker.Dimulai di Jabodetabek pada bulan Juli 2001 lalu di Denpasar, Batam dan Cirebon kandungan Pb di dalam bensin telah dihapuskan, yang secara langsung telah menurunkan konsentrasi timbal di udara. Tetapi baru kota-kota tersebut yang mendapatkan pasokan bensin tanpa timbal
.IV.KulitasUdara. Pemantauan kualitas udara dilakukan oleh beberapa lembaga pemerintah untuk berbagai tujuan. Kementrian Lingkungan Hidup melakukan pemantauan kualitas udara yang dilaksanakan melalui Pusat Pengelolaan Lingkungan (Environmental Management Centre, EMC), Badan-Badan dan Dinas-Dinas Lingkungan Hidup Daerah, Laboratorium Kesehatan Lingkungan (BTKL), Badan Meteorologi dan Geofiska (BMG), PTNBR (BATAN), LAPAN, Departemen Kesehatan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan Raya (Puslitbang Jalan Raya), dan berbagai lembaga pendidikan tinggi/universitas.Pada tahun 2000 pemerintah mulai mengoperasikan jaringan pemantau kontinu otomatis di 10 kota, yaitu Jakarta, Bandung, Denpasar, Jambi, Medan, Palangkaraya, Pekanbaru, Pontianak, Semarang dan Surabaya. Sistem pemantauan tersebut memantau konsentrasi CO, SO2, NOx, O3 dan debu (PM10).
Data yang diperoleh dari pemantauan ini dipergunakan untuk menghitung Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) dan ditampilkan pada papan display ISPU yang tersebar di beberapa lokasi di dalam kota. Perhitungan ISPU dilakukan berdasarkan data pemantauan selama 24 jam (dari 15:00 – 15:00 hari berikutnya).
Indeks ISPU untuk tiap parameter yang dipantau menunjukan kualitas udara selama periode 24 jam pemantauan.
1.Nilai indeks <51 menunjukan kualitas udara “Baik”;
2.503.1004.005.2 dan >300 “Berbahaya”.
ISPU dihitung dengan menggunakan data 24 jam sebelumnya, dengan kata lain sebetulnya menunjukan kualitas udara pada hari sebelumnya. Informasi ini umumnya tidak diketahui oleh masyarakat, dan menimbulkan kesalah pengertian yang umum berupa anggapan bahwa data yang ditampilkan adalah data saat ini (real-time). ISPU bertujuan untuk menampilkan kualitas udara rata-rata di seluruh wilayah kota, sehingga angka ISPU yang ditampilkan adalah yang nilainya paling tinggi dari seluruh parameter di semua lokasi pemantauan. Hal ini juga umumnya belum diketahui oleh masyarakat luas sehingga terdapat kesalahan anggapan lain bahwa ISPU yang ditampilkan adalah kualitas udara pada lokasi papan display.Bila data dari tahun ke tahun terdokumentasi dengan baik, statistic ISPU dapat digunakan untuk menganalisis secara umum kecenderungan kualitas udara di suatu kota, serta berguna untuk membandingkan kualitas udara di beberapa kota di Indonesia yang telah memiliki sistem pemantauan kontinu. Data ISPU bahkan dapat digunakan untuk perbandingan dengan kota-kota di negara lain, sepanjang negara tersebut menggunakan sistem indeks dan kategori kualitas udara yang sama. Karena untuk menghitung ISPU membutuhkan ketersediaan data dari pemantauan selama 24 jam, ISPU dapat digunakan sebagai informasi untuk peningkatan kesadaran masyarakat (public awareness), tetapi tidak sepenuhnya dapat digunakan sebagai sarana peringatan dini masyarakat (public warning), sebagaimana dibuktikan dari hasil survey.Persentase data hilang yang terdapat di semua kota menggambarkan bahwa tidak ada satu pun kota yang dapat mengoperasikan peralatan pemantau selama setahun penuh, umumnya dikarenakan adanya masalah klasik keterbatasan biaya untuk operasi dan perawatan. Bahkan selama sepanjang tahun sistem pemantau di Denpasar tidak beroperasi. Walaupun data tidak lengkap, pada umumnya PM10 dan ozon tetap merupakan parameter pencemar yang sering ditemukan sebagai parameter kritis. Tetapi, pada saat ini belum ada data pengamatan yang dapat digunakan sebagai dasar pengembangan dan penyusunan strategi dan rencana aksi untuk secara spesifik mengendalikan kedua pencemar ini. Selain itu, sistem pemantauan hanya mencakup wilayah perkotaan sehingga informasi untuk mengetahui emisi lintas batas dari pencemar-pencemar ini maupun precursornya serta dampaknya termasuk yang berada di luar daerah perkotaan sangat sedikit diketahui.Kendala-kendala dalam pelaksanaan analisis data kualitas udara ambient disebabkan oleh antara lain:
Tidak adanya data konsentrasi background udara yang belum tercemar yang dapat digunakan sebagai acuan menentukan pencemaran udara yang disebabkan oleh aktivitas manusia
Pemantauan kualitas udara secara kontinu dan otomatis baru dilaksanakan di 10 kota, ada lebih banyak lagi kota yang tidak memiliki sistem pemantau.
Jumlah stasiun pemantau di kota yang telah memiliki jaringan pemantau juga masih terbatas dan belum cukup untuk mewakili variasi spasial pencemar
Bila sudah ada kegiatan pemantauan di kota-kota yang belum memiliki alat pemantau otomatis, umumnya kegiatan tersebut difokuskan pada lokasi-lokasi yang dekat dengan jalan raya, tidak mempertimbangkan kemungkinan adanya sumbersumber pencemar lain yang mungkin ada dan memberikan kontribusi yang cukup dominan
Pemantauan pada lokasi reseptor sensitif di luar daerah perkotaan, dimana dampak terhadap lingkungan dapat terjadi tetapi sumber pencemar berada di lokasi lain (long-range pollution) hampir dapat dikatakan tidak ada
Dana yang tersedia untuk pemantauan dan pengoperasian alat-alat pemantau otomatis yang sudah ada sangat terbatas, sehingga dalam banyak kasus tidak semua stasiun pengamat dapat beroperasi. Hal ini menyebabkan terdapatnya kehilangan data pencemar udara yang diperlukan untuk menentukan ISPU.
Kondisi ini menurunkan validitas data ISPU atau data kualitas udara lain yang ditampilkan Kementrian lingkungan hidup telah mengeluarkan Keputusan Mentri dalam hal Ambang Batas Baku Mutu Kualitas Udara Ambien. Tetapi, dengan adanya perbedaan kondisi dan karakteristik alam dan perkotaan, di beberapa daerah mungkin diperlukan peraturan baku mutu yang sesuai dengan kondisi daerah. Baku Mutu daerah dapat berbeda dari Baku Mutu Nasional, bila hal ini terjadi, maka ambang batas yang ditetapkan harus lebih ketat dari ambang batas nasional. Pada saat ini, belum banyak daerah yang memiliki Baku Mutu Daerah. Penyusunan baku mutu tersebut akan membutuhkan informasi dari studi-studi dan pengkajian hasil-hasil studi mengenai analisis resiko dan hubungan dosis-respons antara pencemar udara dan kesehatan manusia, tanaman pertanian, dan ekosistem. Data-data tersebut pada umumnya belum banyak tersedia.Data pemantauan kualitas udara dapat digunakan untuk mengetahui distribusi dan variasi pemajanan pencemar udara, dan selanjutnya digunakan untuk mengevaluasi dan menentukan prioritas dalam pengelolaan kualitas udara. Dengan keterbatasan sumber daya pemantauan yang terjadi pada saat ini, salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai distribusi spasial dan temporal pencemaran udara adalah dengan melakukan pemodelan. Pemodelan dapat juga digunakan untuk mengestimasi dan mengevaluasi dampak dari aksi pengelolaankualitas udara yang telah atau akan diimplementasikan.

V. Upaya yang di lakukan untuk Mengurangi Polusi .

1.Diselenggarakannya Konferensi UNFCCC di P. Bali, yang mendesak kesadaran masyarakat dunia untuk memelihara kelestarian alam, diantaranya tidak menggunduli hutan, bertanggung jawab terhadap pengolahan limbah, reboisasi, mengurangi polusi udara dan lain sebagainya
2.Penyediaan jalur sepeda dan pejalan kaki (pedestrian) yang aman dan nyamanBersepeda dan berjalan kaki adalah salah satu alternatif moda perjalanan yang paling mungkin untuk menghemat energi di kota. (Bambang Setia Budi,2005)
3.Adaya niat dari pemerintah untuk menegakan kepastian Hukum yang telah di buat,hukum bukan hanya sekedar aturan –aturan yang tebal-tebal catatannya tetapi perlu kenyatanan yang nyata .Di lapangan sering kali kita temukan adanya penebangan atau ekporitasi yang berlebihan .dan elegal loging
4.Perlu adanya satu hari gerakan bersepeda di kalangan pejabat pemerintah yang dapat memberikan contoh.


Daftar Pustaka
Anonim,2007.http://www.andrewho-Vol.Com. di aksi 2/7/2008.
Bambang S.B. Membangun Kota Hemat Energi (2) .http://.www .beritaiptek.Com di aksi 30/6/2008.
(Kompas, 2 juni, 2004.) Jakarta.(Riau Pos,Febuari ,2008),Pekanbaru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar